Jumat, 17 Juni 2011

Konsep Diri Keperawatan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses kehidupannya, mulai dari lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di dalam diri setiap individu terdapat berbagai macam cara identifikasi serta perubahan melalui proses yang berbeda pula dan diharapkan menuju arah yang lebih baik. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara satu individu dengan individu lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola tingkah laku dari hasil pemikiran yang panjang.
Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatka konsep diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri yang negatif akan menimbulkan keputusasaan.
Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan yang nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung  komponen-komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan proses keperawatan dalam konsep diri.
1.2 Tujuan
Mengenali diri pribadi secara individu,baik secara fisik,pola pikir,tingkah laku,serta adanya penyesuaian melalui identifikasi terhadap individu lain.
1.      Menjelaskan 5 komponen konsep diri.
2.      Menjelaskan prinsip – prinsip dasar yang mempengaruhi konsep diri.
3.      Mengetahui sumber pembentukan konsep diri.
4.      Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri.
5.      Mengetahui konsep diri dalam keperawatan. 
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Diri
Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “self concept” merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut.
Menurut:
  • Wigfield dan Karpathian (1991)
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain.
  • Stuart dan Sundeen (1991)
Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan yang di ketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
  • Burns (1993)
Konsep diri merupakan suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan.Orang lain pun berpendapat mengenai diri kita dan seperti apa yang diri kita inginkan.
  • Hurlock (1990)
Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang di miliki individu tentang mereka sendiri meliputi karakteristik fisik, fisikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, konsep diri merupakan sikap yang unik pada manusia yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Di dalamnya berupa ide, pikiran, kepercayaan yang di ketahui oleh diri masing-masing.
Manusia sebagai suatu organisme memiliki dorongan untuk berkembang serta mampu menyesuaikan diri terhadap keadaan yang dihadapinya, sehingga ia mampu menjadi pribadi yang dapat membentuk sebuah konsep diri.
2.2 Dimensi Konsep Diri
1.         Pengetahuan tentang diri anda adalah informasi yang anda miliki tentang diri anda,misalnya jenis kelamin, penampilan.
2.         Pengharapan bagi anda adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa diri anda kelak.
3.         Penilaian terhadap diri anda,adalah pengukuran anda tentang keadaan anda di bndingkan dengan apa yang seharusnya terjadi pada diri anda, hasil pengukuran tersebut adalah rasa harga diri.
Konsep diri memiliki dua kecondongan, yaitu:
a. Konsep Diri Negatif
Konsep diri negatif adalah penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun diri ke arah kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang menciptakan suatu penghancuran diri.
b. Konsep Diri Positif
Merupakan penilaian positif serta mengenali diri sendiri secara baik, mengarah ke kerendahan hati dan kedermawanan sehingga ia mampu menyimpan informasi tentang diri sendiri, baik informasi positif maupun negatif. Konsep diri positif menganggap hidup adalah suatu proses penemuan yang membuat diri kita mampu menerima berbagai macam kejutan-kejutan, konsekuensi, imbalan serta hasil. Dengan demikian diri kita mampu menerima semua keadaan orang lain.
Langkah langkah yang perlu di ambil untuk memiliki konsep diri yang positif:
1. Bersikap objektif dalam mengenai diri sendiri
Tidak mengabaikan pengalaman poisitif atau pun keberhasilan sekecil  apapun yang pernah di capai, carilah cara  dan kesempatan untuk mengembangkan talenta, jangan terlalu beraharap bahawa diri kita dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu secara sekaligus.
2. Hargailah diri sendiri
Hargailah diri sendiri dengan melihat kebaikan yang ada dalam diri, sehingga kita mampu melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif.
3. Jangan memusuhi diri sendiri
Memerangi diri sendiri adalah sesuatu hal yang melelahkan karena merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri yang sejati,akibatnya akan timbul kelelahan mental dan rasa prustasi yang dalam, yang mengakibatkan makin lemahnya konsep diri positif.
4. Berpikir positif dan rasional
Kendalikan pikiran kita ketika mulai menyesatkan jiwa dan raga.
Konsep diri terdiri dari  5 komponen :
1.    Gambaran Diri
2.    Ideal Diri
3.    Harga Diri
4.    Peran
5.    Identitas Diri
A. Gambaran diri
Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar (Stuart dan Sundeen, 1991)
a)      Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.setiap perubahan tubuh akan berpengaruh terhadap kehidupan individu.
b)      Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,menerima reaksi diri tubuhnya dan menerima stimulus dari orang lain, semakin sadar dirinya terpisah dari lingkungan “usia remaja, focus individu terhadap fisik lebih menonjol”.
c)      Gambaran diri berhubungan erat  dengan kepribadian,cara individu memandang diri berdampak penting pada apek pisikologinya,individu yang berpandangan realistic terhadap diri,menerima,menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman,terhindar dari rasa cemas,dan meningkatkan harga diri individu yang stabil,realistis dan konsisten terhadap gambaran diri akan memiliki kemampuan yang mantap terhadap realisasi sehingga memacu sukses dalam hidup.
B. Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standart pribadi.Stuart dan Sundeen,(1991)
1.      Standart tersebut berhubungan dengan tipe orang, tentang yang di inginkan, sejumlah aspirasi, cita-cita,nilai yang ingin di capai.
2.      Ideal diri berpengaruh terhadap perwujudan dan cita-cita,harapan pribadi berdasarkan norma social (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan.
3.      Mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh orang penting pada dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan.Pada usia remaja ideal diri terbentuk melaui proses identifikasi/memperhatikan.
4.      Kejadian yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan diri.
5.      Faktor yang berpengaruh terhadap ideal diri :
a)        Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
b)        Budaya, standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.
c)        Ambisi dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistic, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
d)       Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai serta tidak frustasi.
C. Harga Diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1991):
1.   Diperoleh dari dalam diri orang lain.
2.   Faktor yang berpengaruh:
a.    Frekuensi pencapaian tujuan, individu yang sering sukses,harga diri cenderung tinggi.
b.    Dicintai dan dihargai orang lain, kecenderungan manusia  bersikap negative dan jarang mengekspresikan  rasa cinta dan pengakuan terhadap kemampuan orang lain sehingga membuat harga diri rendah.
c.    Sikap dan dari diri orang lain, berpengaruh terhadap diri seseorang sehingga merasa berharga.
Pengertian harga diri secara bahasa adalah kehormatan-diri, orang yang  memiliki harga diri bagus adalah orang yang mengalami hubungan yang positif, punya perasaan positif, serta penilaian yang bagus terhadap dirinya (self concept), sehingga akan melahirkan sikap dan tindakan yang positif, terpuji dan terhormat.
Harga diri terkait dengan berbagai hal yang berperan vital, di antaranya:
a.    Kualitas emosi
b.    Aktualisasi diri
c.    Kepercayaan diri
3.   Coopersmith (Stuart dan Sudeen, 1991)
Mengungkapkan 4 cara meningkatkan harga diri pada anak:
a.    Memberi kesempatan berhasil.
b.    Menanamkan gagasan yang dapat memotivasi kreatifitas anak.
c.    Mendorong aspirasi, pertanyaan dari anak di respon dengan baik dan sesuai, beri pengakuan dan sokongan sehingga anak merasa di terima dan bermakna.
d.   Membantu membentuk mekanisme pertahanan diri (koping)
Dalam kehidupan sehari-hari individu harus mampu menempatkan diri di tengah realita yang di hadapi, berdiri tegak menghadapi fakta-fakta kehidupan dengan penuh kebenaran, menyingkirkan tanggapan-tanggapan negatif terhadap diri yang akan menjadikan ketidak berdayaan dan kelemahan yang berkepanjangan.
D. Peran
Peran merupakan pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
Peran dalam kehidupan dijalani dengan kadar dan konsekuensinyan, peran yang baik adalah peran yang tak menyalahi aturan yang benar, memenuhi kebutuhan dan sinkron dengan ideal diri.
Peran sosial, merupakan hubungan antara satu individu dengan individu lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan agama, karena pada dasarnya masing-masing diri memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (multiple selfes).
Posisi di masyarakat dapat berupa stressor terhadap peran,karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi yang tidak mungkin di laksanakan.
Ø Stress Peran
Sterss adalah suatu kondisi dinamik yang di dalamnya seorang individu di konfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constraints) atau tuntutan (demands) yang di kaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya di persepsikan sebagai tidak pasti dan tidak penting (Schuler, 1980).
Stress tidak hanya di pandang sebagai suatu konteks yang negatif, tetapi juga mempunyai nilai positif, karena stres merupakan suatu peluang bila stres itu menawarkan perolehan yang potensial, dalam memaksimalkan suatu tekanan yang terjadi pada saat itu.
a.    Konflik peran terjadi bila peran yang ada bertentangan dengan system individu atau dua peran yang bertentangan.
b.    Peran yang tidak jelas.
c.    Peran yang tidak terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap yang bertentangan.
d.   Peran berlebihan tetapi tidak sesuai dengan waktu yang di miliki.
Faktor yang berpengaruh dalam menyesuaikan diri dengan peran (Stuart dan Sundeen,1991):
a.       Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.
b.      Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
c.       Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban.
d.      Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
E. Identitas
Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri yang bersumber dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh
Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa terlepas dari pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama hidupnya di cerminkan oleh seperangkat opini orang lain.
Keunikan setiap individu sekaligus adalah kekuatan diri dan kelemahannya, kekuatan karena dengan memahami keunikan itu kita tidak tergoyahkan oleh penafsiran yang lain, kelemahannya adalah ketika kita berupaya untuk mengukuhkan identitas tersebut.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, yang di pengaruhi oleh pandangan dan perlakuan lingkungan.
Ciri-ciri individu dengan perasaan yang identitas positif dan kuat:
a.    Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
b.    Memiliki kemandirian, mengerti dan percaya diri, yang timbul dari perasaan berharga, berkemampuani suatu kesela dan dapat menguasai diri.
c.    Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain .
d.   Mengakui jenis kelamin sendiri.
e.    Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
f.     Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
g.    Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
h.    Mempunyai tujuan yang bernilai, yang dapat di realisasikan.
2.4 Efek Keluarga Pada Perkembangan Konsep Diri
Keluarga memainkan peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan konsep diri anggotanya. Anak-anak belajar dari orang tua dan sodara kandung rasa mendasar tentang siapa mereka dan bagaimana mereka diharapkan untuk hidup. Konsep diri yang negatif dapat terjadi pada anak-anak, bahkan ketika orang tua mereka bermakna baik sekalipun. Orang tua yang kasar ,tidak konsisten, atau mempunyai harga diri rendah mungkin telah mempelajari pola ini dari orangtuanya, dengan demikian menciptakan siklus yang mungkin sulit untuk diputuskan. Untuk memperbaiki harga diri anak yang rendah, perawat pertama-tama harus mengkaji gaya hubungan keluarganya.perubahan konsep diri menuntut kerja keras dan konsistensi, yang di dukung oleh seluruh staf keperawatan.
2.5 Pengaruh Perawat Pada Konsep Diri Klien
Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu menstimulasi rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan fisiknya telah mengalami perubahan dan yang harus beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik klien maupun keluarganya akan melihat pada perawat dan mengamati respon dan reaksi mereka terhadap situasi yang baru. Perawat mempunyai dampak yang signifikan dalam hal ini. Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat. Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengkarifikasi hal-hal berikut mengenai diri mereka:
1.      Perasaan perawat mengenai kesehatan dan penyakit.
2.      Bagaimana perawat bereaksi terhadap stres.
3.      Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien, keluarganya dan bagaimana hal tersebut ditunjukan.
4.      Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukan (mempengaruhi klien).
5.      Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien.
Perawat harus mengkaji diri mereka sendiri secara jujur sebelum mereka dapat mulai memahami bagaimana mereka baik dengan kata-kata atau tindakan. Perawat harus memberikan perhatian pada ‘pencetus’ yang memperkuat perasaan yang terjadi dalam berespons terhadap situasi tertentu. Perawat tidak dapat menyangkal bahwa mereka mempunyaiperasaan ide-ide, nilai, dan pengharapan atau menyangkal bahwa mereka membuat penilaian. Kesadaran diri sangat penting dalam memahami dan menerima orang lain.Semua orang membuat keputusan tentang diri mereka, lingkungan dan orang lain dengan dasar kerangka acuan personal. Sebagai tenaga profesional, perawat harus menyiapkan diri bekerja dangan orang yang mempunyai kerangka acuan berbeda dengan dirinya. Perawat yang merasa aman dengan identitas dirinya sendiri akan lebih cepat menerima dan dengan demikian menguatkan identitas klien. Namun demikian, perawat yang tidak pasti dengan identitasnya sendiri mungkin tidak mampu mererima klien dan mungkin bereaksi seolah klien itu sesuatu dan orang lain, dengan demikian menciptakan lingkungan yang tidak menerima bagi klien.
Perawat juga mempunyai dampak signifikan pada citra tubuh. Klien yang harus beradaptasi terhadap perubahan citra tubuh yang disebakan oleh penyakit atau pembedahan memerlukan dukungan,demikian juga halnya kluarga klien. Misalnya jika perawat merasa bahwa ostomi atau mastektomi sangat mengakibatkan buruknya penampilan, maka mereka tidak boleh mengekspresikan pendapat tersebut pada klien baik secara verbal maupun nonverbal.perawat harus berbicara dengan orang yang telah mempunyai pengalaman dalam merawat dan rehabilitasi klien seperti ini. Bertemu dengan orang yang telah mengalami pembedahan seperti ini dan yang telah mengalami penyembuhan dapat meningkatkan pengetahuan. Perawat yang merasa tidak pasti tentang citra tubuh mereka sendiri mungkin akan bereaksi lebih kuat terhadap perubahan dalam penampilan dan fungsi fisik klien.
2.6 Konsep Diri dan Proses Keperwatan
a. Pengkajian
Dalam mengkaji konsep diri, perawat mengumpulkan data objektif dan subjektif yang berfokus pada stresor konsep diri baik yang aktual maupun potensial dan pada perilaku yang berkaitan dengan perubahan konsep diri. Data objektif selanjutnya termasuk terhadap perubahan citra tubuh, keengganan untuk mencoba hal-hal baru dan interaksi verbal dan  nonverbal antara klien dengan orang lain, data subjektif dikumpulkan untuk menetukan pandangan klien tentang diri dan lingkungan. Persepsi orang terdekat adalah sumber data yang penting.
b. Diagnosa Keperawatan
Data pengkajian membutuhkan interpretasi yang cermat oleh perawat. Klien dengan batasan karakteristik untuk gangguan konsep diri mungkin menunjukan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan defisiensi identitas, citra tubuh harga diri atau kinerja peran. Peristiwa yang mempunyai dampak pada diri menimbulkan stressor cukup besar atau jika stressor di timbulkan pada klien dalam periode yang cukup lama, maka klien akan menjadi simptomatis.
Pengkajian harus menunjukan adanya batasan karakteristik dan perilaku klien yang mengarah pada diagnosa keperawatan. Perawat harus cermat untuk membuat diagnosa yang akuraat berdasarkan data pengkajian. Misalnya, pertimbangkan klien dengan diagnosa penyakit paru kronis. Perawat mungkindengan cepat berasumsi bahwa klien mempaunyai citra tubuh yang buruk sebagai akibat kehilangan fungsi tubuh. Namun demikian, informasi ini saja tidak akan membantuk diagnosa keperawatan yang konklusif.
c. Perencanaan
Setelah menentukan diagnosa keperawatan, perawat, klien, dan keluarganya harus merencanakan perawatan yang diarahkan pada membantu kllien meraih kembali atau mempertahankan konsep diri yang sehat. Rencana perawatan didasarkan pada tujuan dan hasil yang diperkirakan. Hasil akan memberikan ukuran untuk menentukan apakah rencana perawatan pada akhirnya berhasil. Perawat harus menentukan apakah hasil yang ditetapkan realistis, sesuai dengan keadaan fisik dan psikososial klien saat ini. Setelah menetapkan tujuan perawat merencanakan strategi yang ditujukan pada penyelesaian diagnosa keperawatan. Secara spesifik, intervensi keperawatan diarahkan pada faktor yang berhubungan dengan diagnosis. Misalnya dalam gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan persepsi negatif terhadap diri setelah histerektomi, maka intervensi perawat ditujukkan untuk membantu klien mencapai kembali feminitasnya dan menerima perubahan fisik yang berkaitan dengan insisi abdomen. Rencana perawatan menyajikan tujuan, hasil yang diharapkan, dan intervensi untuk klien dengan gangguan konsep diri. Intervensi difokuskan pada membantu klien mengaadaptasi stressor yang menyebabkan gangguan konsep diri  dan pada dukungan dan dorongan perkembangan metoda koping.

d. Implementasi
Menciptakan lingkungan dan hubungan yang terapeutik dan mendukung penggalian diri penting untuk mengintervensi klien yang mempunyai masalah konsep diri. Banyak variabel yang mempengaruhi pandangan klien tentang diri bersifat pribaadi dan personal. Perawat harus dengan jelas dan tulus menunjukan perawatanya pada klien. Kemudian akan berkembang rasa saling percaya untuk memberdayakan perawat bermitra dengan klien dalam menetapkan intervensi yang sangat berguna.
2.7 Prinsip-Prinsip Dasar Yang Mempengaruhi Konsep Diri
1.    Bila anak hidup dalam suasana penuh dengan kritik, dia belajar untuk menyalahkan orang lain.
2.    Bila anak hidup dalam suasana penuh kekerasan, di belajar untuk berkelahi.
3.    Bila anak hidup dalam suasana penuh olok-olok, dia belajar untuk menjadi seorang pemalu.
4.    Bila anak hidup dalam suasana memalukan, dia belajar untuk selalu merasa bersalah.
5.    Bila anak hidup di dalam suasana yang penuh dengan toleransi,dia belajar untuk menjadi seorang penyabar.
6.    Bila anak hidup dalam suasana penuh dukungan, dia belajar untuk menjadi seorang yang percaya diri.
7.    Bila anak hidup dalam suasana penuh pujian dan penghargaan, dia belajar untuk menghargai orang lain.
8.    Bila anak hidup dalam suasana kejujuran, dia belajar untuk menghargai orang lain.
2.8 Sumber Pembentukan Konsep Diri
1.    Citra tubuh adalah evaluasi terhadap fisik diri sebagai suatu objek yang berbeda.
2.    Bahasa adalah kemampuan untuk mengkonseptualisasikan dan memverbalisasikan diri dan orang-orang lain.
3.    Umpan balik dari lingkungan bagaimana orang lain yang dihormatinya memandang pribadi tersebut dan bagaimana pribadi tersebut dibandingkan dengan norma-norma dan nilai-nilai masyarakat yang bermacam-macam.
4.    Identifikasi dengan model peran seks yang steretotip yang sesuai.
5.    Praktek-praktek membesarkan anak.
6.    Bila anak hidup dalam suasana yang aman, dia belajar untuk mempercayai orang lain.
7.    Bila anak hidup dalam suasana memuaskan hiwanya, dia belajar untuk menyenangi dirinya.
8.    Bila anak hidup didalam suasana yang penuh dengan penerimaan dan persahabatan, dia belajar untuk mendapatkan kasih sayang di dalam dunia ini.
Karakteristik Kepribadian Orang Yang Dapat Melakukan Aktualisasi Diri (Menurut Maslow)
a.       Orientasi kepada kehidupan yang realistis
b.      Penerimaan diri dengan positif
c.       Menerima orang lain dengan sikap positif
d.      Pemikiran emosi yang spontan
e.       Tidak terpusat pada diri sendiri
f.       Bebas mengemukakan pendapat
g.      Demokratis
h.      Etik
i.        Kreatif
j.        Merasa sama dengan umat manusia seluruhnya
2.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut:
Garbarino(1992)
Mengemukakan bahwa pada prinsipnya, dalam proses perkembangan manusia bisa dilihat dalam perspektif ekologi. Dalam persepektif ini, individu berinteraksi dengan lingkungan.
Interaksi tersebut membuat kedua elemen saling mempengaruhi satu sama lain dan membentuk sistem dalam beberapa tingkatan yang terdiri dari microsystems, mesosystems, exosystens, dan macrosystems.
Microsystem adalah realita pisikologis dari kehidupan nyata yang di alami individu sehari-harinya, mikrosistem terdiri dari lingkungan fisik tempat individu ,dan interaksi antara kedua lingkungan dimana individu ikut berpartisipasi. Pada anak-anak ukuran mycrosystem, relatif kecil karena terdiri dari tempat tinggal, dengan siapa ia  tinggal, dan bagaimana di dalamnya terjadi interaksi.
Mesosystem adalah hubungan,dimana individu yang sedang berkembang mengalami kenyataan hidup, semakin kuat dan lengkap jaringan diantara setting realita, maka mesosystem akan semakin kuat mempengaruhi perkembangan individu.
Exosystem yaitu situasi yang mempengaruhi orang-orang terdekat anak tanpa melibatkan anak untuk berpartisipasi didalamnya, contohnya lingkungan kerja orang tua dan rapat-rapat di sekolah.
Macrosystem yaitu ideologi,budaya,yang melingkupi mesosystem dan exosystem. Jadi kesimpulannya, semua faktor di atas mencakup perkembangan khas pada remaja yaitu, fisik, psikis, dan sosial, yang terkait terhadap pembentukan konsep diri. 
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor-faktor penting  yang terdapat dalam konsep diri memiliki fungsi pemahaman kita terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri setiap individu. Mengaktualisasikan sikap-sikap secara tepat, baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain sebagai suatu pengolahan dasar pemikiran yang positif.
Perkembangan ke arah positif dapat membantu individu memproses segala sesuatu secara realistis dan meminimalisir kegagalan baik secara individualisme maupun sosialisme.
3.2 Saran
  • persepsi individu, ia harus berprilaku sesuai dengan standart pribadi.
  • Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri.
  • Mengenal diri pribadi secara fisik dan psikologis, sehingga terjadi pengontrolan dalam bersikap dan berfikir.
  • Pandanglah segala sesuatu secara positif, meskipun pada kenyataannya manusia memiliki kecenderungan terhadap pemikiran yang negatif. 
DAFTAR PUSTAKA
Bandura A: Self-efficacy mechanism in human aging, Am Psychol 37 (2):122, 1982
Kim Mj, McFarland GK, Mc Lane AM: Pocket guide to nursing diagnoses, ed 4,St Louis, 1995 Mosby.
Stuart GW, Sundeen SJ: Principlees and practice of psychiatric nursing, ed 5, St Louis,1995, Mosby
Scharff J, Scharff D: A primer of object relations therapy, Northvale,NJ, 1992, Jason Aronson

Tidak ada komentar:

Posting Komentar